Sabtu, 25 Oktober 2014

Ragam Bahasa dalam Dunia Kesehatan

Bagan tentang Kesehatan


Ya, pada kesempatan kali ini Saya akan berusaha membuat sebuah artikel yang bertemakan tentang kesehatan. Dimana perkara kesehatan ini masih sangatlah kurang diperhatikan oleh masyarakat secara detil.



Mari kita mulai dengan membahas dari segi makanan terlebih dahulu. Makanan adalah hal yang tidak mungkin bisa lepas dari kita sebagai manusia.
Namun, ada hal yang sangat disayangkan dari makanan ini, sebenarnya bukan tentang makanannya, tetapi tentang kebiasaan masyarakat mengkonsumsi makanan. Kebanyakan, masyarakat itu makan yang penting mengenyangkan dan enak.
Padahal, kualitas hidup seseorang itu tergantung dengan apa yang dikonsumsinya. Seharusnya masyarakat lebih peduli dengan kesehatan yang berasal dari makanan ini.
Karna sudah banyak sekali kasus dimana penyakit yang diderita oleh seseorang itu berasal dari apa yang dikonsumsinya, misalnya karna makanannya kurang sehat, sering jajan sembarangan yang tidak diketahui asal muasal makanan tersebut, kurang mengkomsumsi makanan yang bergizi dan sebagainya.



Nah, sekarang mari kita bahas sedikit tentang olahraga yang sebenarnya sangat mempengaruhi kesehatan tubuh.
Sering kali orang memiliki banyak alasan untuk tidak berolahraga, sibuk kerja, banyak tugas, ada segudang kegiatan, dan lainnya.
Sebenarnya, jika kita memang niat untuk menjaga kesehatan kita melalui olahraga pasti kita bisa melakukan olahraga. Olahraga 30 menit dalam sehari, cukup untuk membantu kita bugar seharian, 15 menit ketika pagi dan 15 menit lagi ketika sore atau malam hari.
Dengan melakukan hal itu saja secara rutin, kita sudah pasti bisa mengontrol tubuh kita agar tidak mudah sakit.
Push up, sit up, jogging, stretching (peregangan), yoga, angkat beban ringan, latihan, adalah macam-macam olahraga sederhana yang bisa kita lakukan secara rutin karena keefisiensiannya yang tinggi. Tidak makan tempat, tidak perlu banyak alat, tidak perlu pergi ke tempat-tempat olahraga, hanya diperlukan ketekunan dan niat.





Lanjut bahas tentang kesehatan dari segi tidur.
Ya, tidur memang sangat diperlukan oleh tubuh, karena tubuh pasti akan merasakan yang namanya lelah. Jadi, dengan tidur dapat mengurangi kapasitas lelah yang ada pada diri kita. Dan tidur pun membantu untuk mengurangi resiko sakit, karena lelah yang hinggap di tubuh kita bisa hilang.
Lelah yang berlebihan mampu meninggikan resiko tubuh kita untuk terserang berbagai macam penyakit, jadi tidurlah sesuai dengan porsi tubuh kita masing-masing.



Itulah artikel yang bisa Saya buat, semoga bahasannya dapat memberikan manfaat kepada yang membaca. Ingatlah :



Kesehatan adalah salah satu rejeki yang paling mewah dan nikmat yang bisa manusia dapatkan.


Rabu, 15 Oktober 2014

Tugas Softskill : Keragaman Bahasa Indonesia (part 2)

Keragaman Bahasa Indonesia



Keragaman Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan oleh para penuturnya yang tidak homogen. Hal ini bisa terjadi mengingat kondisi masyarakat Indonesia yang beragam dengan keanekaragaman bahasa yang dimiliki pula. Bahasa Indonesia yang menyebar luas dan dipakai oleh masyarakatnya terkadang mengalami penyesuaian oleh masayakat penuturnya akibat kondisi dan situasi yang dihadapi penuturnya. Semuanya mengalami penyesuaian seiring dengan tetap dipakainya bahasa daerah masing-masing. Inilah merupakan salah satu yang menyebabkan variasi berbahasa timbul yaitu akibat penyesuaian dengan kondisi dan lingkungan dimana si penutur hidup dan berinteraksi. Ragam bahasa yang bervariasi ini merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa. Variasi ini muncul karena pemakai bahasa memerlukan alat komunikasi yang sesuai dengan situasi dan kondisi.


Ragam bahasa dari segi keformalan

Menurut Martin Joos, Ragam bahasa dibagi menjadi lima macam gaya (ragam), yaitu:
  1. Ragam beku (frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal, yang digunakan dalam situasi khidmat dan upacara resmi. Misalnya, dalam khotbah, undang-undang, akte notaris, sumpah, dsb.
  2. Ragam resmi (formal) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas, ceramah, buku pelajaran, dsb.
  3. Ragam usaha (konsultatif) adalah variasi bahasa yang lazim digunakan pembicaraan biasa di sekolah, rapat-rapat, ataupun pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam ini berada diantara ragam formal dan ragam informal atau santai.
  4. Ragam santai (casual) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dangan keluarga atau teman pada waktu beristirahat, berolahraga, berekreasi, dsb. Ragam ini banyak menggunakan bentuk alegro, yakni bentuk ujaran yang dipendekkan.
  5. Ragam akrab (intimate) adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubngannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau teman karib. Ragam ini menggunakan bahasa yang tidak lengkap dengan artikulasi yang tidak jelas.


Ragam Bahasa dari segi sarana

Ragam bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan dan tulis.
  • Ragam lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan melalui media lisan, terkait oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan dapat membantu pemahaman.
  • Ragam tulis adalah ragam bahasa yang digunakan melalui media tulis, tidak terkait ruang dan waktu sehingga diperlukan kelengkapan struktur sampai pada sasaran secara visual. Ragam bahasa ini dipengaruhi oleh bentuk, pola kalimat dan tanda baca.

Ragam bahasa lisan 
         Ragam bahasa lisan adalah ragam bahasa yang diungkapkan secara lisan melalui media suara, dan terikat oleh ruang dan waktu sehingga situasi pengungkapan memabantu pemahaman. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi tidak formal atau santai.
 
Contoh Ragam bahsa lisan antara lain meliputi :
·        Ragam bahasa cakapan
·        Ragam bahasa pidato
·        Ragam bahasa panggung


Ragam bahasa tulis
        Ragam bahasa tulis adalah ragam bahasa yang menggunakan tulisan dan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam bahasa tulis kita dituntut untuk memiliki kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.

Contoh ragam bahasa tulis antara lain meliputi :
·        Ragam bahasa teknis
·        Ragam bahasa undang-undang
·        Ragam bahasa catatan
·        Ragam bahasa surat

Goeller (1980) mengungkapkan 3 karakteristik ragam bahasa tulis:
  1. Accuracy (akurat) yaitu kelogisan segala informasi atau gagasan yang dituliskan.
  2. Bravety (ringkas) yaitu pengungkapan gagasan yang ringkas, tidak menggunakan kata-kata mubazir dan berulang, serta seluruh kata yang digunakan dalam kalimat ada fungsinya.
  3. Clarity (jelas) yaitu tulisan mudah dipahami, penalaran jelas (alur pikirannya mudah diikuti oleh pembaca, dan tidak menimbulkan tafsir ganda.

Terdapat dua perbedaan mencolok yang dapat diamati antara ragam bahasa tulis dan lisan, yaitu:
Dari segi suasana/peristiwa
Jika menggunakan bahasa tulisan tentu saja orang yang diajak berbahasa tidak ada di hadapan kita. Oleh karena itu perlu ada kejelasan tentang fungsi gramatikal seperti subjek, predikat, objek dan hubungan antara setiap fungsi tersebut harus nyata dan jelas. Sedangkan dalam bahasa lisan pembicara langsung berhadapan dengan lawan bicaranya sehingga unsure gramatikal tersebut kadangkala dapat diabaikan.

Dari segi intonasi
Yang membedakannya adalah intonasi yaitu berkaitan dengan panjang pendek suara/tempo, tinggi rendah suara/nada, keras atau lembutnya tekanan yang sulit dilambangkan dalam ejaan dan tanda baca serta cara penulisan.


sumber :
http://kikyko.wordpress.com/2011/10/23/keragaman-bahasa-indonesia/
http://rikobudiharto.blogspot.com/2013/10/keragaman-bahasa-mengenal-keragaman.html

Tugas Softskill : Sejarah Bahasa Indonesia (part 1)

Sejarah Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa Melayu yang dijadikan sebagai bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja.

Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang) dari abad ke-19. Dalam perkembangannya ia mengalami perubahan akibat penggunaanya sebagai bahasa kerja di lingkungan administrasi kolonial dan berbagai proses pembakuan sejak awal abad ke-20. Penamaan "Bahasa Indonesia" diawali sejak dicanangkannya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, untuk menghindari kesan "imperialisme bahasa" apabila nama bahasa Melayu tetap digunakan. Proses ini menyebabkan berbedanya Bahasa Indonesia saat ini dari varian bahasa Melayu yang digunakan di Riau maupun Semenanjung Malaya. Hingga saat ini, Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang hidup, yang terus menghasilkan kata-kata baru, baik melalui penciptaan maupun penyerapan dari bahasa daerah dan bahasa asing.

Meskipun dipahami dan dituturkan oleh lebih dari 90% warga Indonesia, Bahasa Indonesia bukanlah bahasa ibu bagi kebanyakan penuturnya. Sebagian besar warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa yang ada di Indonesia sebagai bahasa ibu. Penutur Bahasa Indonesia kerap kali menggunakan versi sehari-hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya atau bahasa ibunya. Meskipun demikian, Bahasa Indonesia digunakan sangat luas di perguruan-perguruan, di media massa, sastra, perangkat lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya, sehingga dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga Indonesia.


Fonologi dan tata bahasa Bahasa Indonesia dianggap relatif mudah. Dasar-dasar yang penting untuk komunikasi dasar dapat dipelajari hanya dalam kurun waktu beberapa minggu.


Bahasa Indonesia

Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa Belanda para pegawai pribumi dinilai lemah. Dengan menyandarkan diri pada bahasa Melayu Tinggi (karena telah memiliki kitab-kitab rujukan) sejumlah sarjana Belanda mulai terlibat dalam standardisasi bahasa. Promosi bahasa Melayu pun dilakukan di sekolah-sekolah dan didukung dengan penerbitan karya sastra dalam bahasa Melayu. Akibat pilihan ini terbentuklah "embrio" bahasa Indonesia yang secara perlahan mulai terpisah dari bentuk semula bahasa Melayu Riau-Johor.

Pada awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan bahasa Melayu mulai terlihat. Pada tahun 1901, Indonesia (sebagai Hindia-Belanda) mengadopsi ejaan Van Ophuijsen dan pada tahun 1904 Persekutuan Tanah Melayu (kelak menjadi bagian dari Malaysia) di bawah Inggris mengadopsi ejaan Wilkinson. Ejaan Van Ophuysen diawali dari penyusunan Kitab Logat Melayu (dimulai tahun 1896) van Ophuijsen, dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim.

Intervensi pemerintah semakin kuat dengan dibentuknya Commissie voor de Volkslectuur ("Komisi Bacaan Rakyat" - KBR) pada tahun 1908. Kelak lembaga ini menjadi Balai Poestaka. Pada tahun 1910 komisi ini, di bawah pimpinan D.A. Rinkes, melancarkan program Taman Poestaka dengan membentuk perpustakaan kecil di berbagai sekolah pribumi dan beberapa instansi milik pemerintah. Perkembangan program ini sangat pesat, dalam dua tahun telah terbentuk sekitar 700 perpustakaan. Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai "bahasa persatuan bangsa" pada saat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional atas usulan Muhammad Yamin, seorang politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan,

"Jika mengacu pada masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya ada dua bahasa yang bisa diharapkan menjadi bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan."
Selanjutnya perkembangan bahasa dan kesusastraan Indonesia banyak dipengaruhi oleh sastrawan Minangkabau, seperti Marah Rusli, Abdul Muis, Nur Sutan Iskandar, Sutan Takdir Alisyahbana, Hamka, Roestam Effendi, Idrus, dan Chairil Anwar. Sastrawan tersebut banyak mengisi dan menambah perbendaharaan kata, sintaksis, maupun morfologi bahasa Indonesia.


Penyempurnaan ejaan

Ejaan-ejaan untuk bahasa Melayu/Indonesia mengalami beberapa tahapan sebagai berikut:

Ejaan van Ophuijsen
Ejaan ini merupakan ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin. Charles Van Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim menyusun ejaan baru ini pada tahun 1896. Pedoman tata bahasa yang kemudian dikenal dengan nama ejaan van Ophuijsen itu resmi diakui pemerintah kolonial pada tahun 1901. Ciri-ciri dari ejaan ini yaitu:
  • Huruf ï untuk membedakan antara huruf i sebagai akhiran dan karenanya harus disuarakan tersendiri dengan diftong seperti mulaï dengan ramai. Juga digunakan untuk menulis huruf y seperti dalam Soerabaïa.
  • Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang, dsb.
  • Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer, dsb.
  • Tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ’akal, ta’, pa’, dsb.


Ejaan Republik
Ejaan ini diresmikan pada tanggal 19 Maret 1947 menggantikan ejaan sebelumnya. Ejaan ini juga dikenal dengan nama ejaan Soewandi. Ciri-ciri ejaan ini yaitu:
  • Huruf oe diganti dengan u pada kata-kata guru, itu, umur, dsb.
  • Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k pada kata-kata tak, pak, rakjat, dsb.
  • Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2 seperti pada kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
  • Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya.


Ejaan Melindo (Melayu Indonesia)
Konsep ejaan ini dikenal pada akhir tahun 1959. Karena perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya, diurungkanlah peresmian ejaan ini.

Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia. Peresmian itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Dengan EYD, ejaan dua bahasa serumpun, yakni Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia, semakin dibakukan.


sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia

Jumat, 10 Oktober 2014

Tugas 1 Softskill Bahasa Indonesia

1.       Jelaskan peran dan fungsi bahasa
Peran Bahasa adalah untuk berkomunikasi satu sama lain, yang dapat berbentuk tulisan maupun verbal. Dengan adanya bahasa pun mahluk hidup dapat berhubungan dengan mudah, karena bahasa itu terbentuk dari pemahaman yang dapat diterima oleh banyak kalangan.
Bahasa juga merupakan salah satu alat untuk menunjukkan identitas diri, dimana dengan adanya bahasa kita dapat mengethaui identitas kita satu sama lain. Karena, kita hanya perlu mengekspresikan diri kita dengan kata-kata yang dapat dipahami oleh umum, maka kita secara tidak langsung sudah memberikan identitas diri kita dengan bahasa.

Fungsi Bahasa adalah sebagai berikut :
·         Komunikasi
Komunikasi adalah hal yang paling terpenting dalam aspek kehidupan mahluk hidup dimana pun mahluk hidup itu berada. Karena dengan adanya komunikasi, mahluk hidup dengan mudah akan mendapatkan informasi.

·         Fungsi Integrasi dan Adaptasi
Fungsi bahasa yang satu ini adalah untuk beradaptasi dengan lingkungan yang kita tempati ataupun yang baru kita jumpai. Jadi, dengan kemampuan kita menguasai bahasa kita pun mampu beradaptasi dengan mudah.

·         Fungsi Kontrol Sosial
Fungsi bahasa sebagai kontrol sosial adalah untuk memberi batasan, kepada siapa kita berkomunikasi, bagaimana cara kita berkomunikasi dengan karakter yang berbeda-beda, dan masih banyak lagi contohnya yang menunjukkan bahwa kita tidak bisa sembarangan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.

·         Fungsi Ekspresi
Seperti yang sudah dibahas pada awal paragraf tadi, intinya dengan mengusai bahasa kita mampu untuk mengekspresikan diri kita dengan cara kita sendiri, dan yang dapat dipahami oleh umum.


2.      Fenomena bahasa Indonesia di kalangan remaja / pendidikan
Bahasa Indonesia di kalangan remaja / dunia pendidikan sepertinya sudah hampir tertelan oleh jaman. Dikarenakan era globlalisasi yang semakin menguat, menjadikan kalangan remaja ingin mengikuti “tren” yang sedang “in” di dunia. Serta rasa tidak ingin “ketinggalan jaman” yang ternanam di dalam jiwa muda inilah yang membuat bahasa Indonesia menjadi terkikis sedikit demi sedikit.

      Namun, walaupun demikian, tidak sedikit juga para khalayak muda yang tetap mempertahankan bahasa Indonesia. Misalnya dengan memberikan edukasi secara cuma-cuma kepada masyarakat yang belum mengetahuinya, atau dengan mengadakan festival budaya Indonesia yang dapat memberikan efek kepada pertahanan bahasa Indonesianya itu sendiri.